Mengenal Edamame: Komoditas Unggulan Jember Menembus Pasar Ekspor, Namun Pembinaan Ultra Mikro Masih Rendah

 

Koleksi gambar pribadi

Oleh: Is'adur Rofiq


Jember sangatlah kaya akan segi Sumber Daya Alam (SDA). Menurut Rancangan Peraturan Daerah (Raperda) Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Nasional, disebutkan bahwa Kabupaten Jember ihwal SDA dibagi menjadi 5 hal. Yaitu perkebunan, industri, perikanan laut, pertanian, dan pariwisata. Pemetaan ini sebagai bukti bahwa Jember sangatlah komplet akan kekayaan SDA. Sehingga dirasa penting optimalisasi setiap sektor yang telah dipetakan dalam RTRW tersebut agar pendapatan yang didapat oleh Jember bisa maksimal yang nantinya bermanfaat untuk dialokasikan untuk pemerataan fasilitas publik, penunjang akses pendidikan, dan kepentingan masyarakat banyak lainnya.


Maka melalui artikel ini, penulis ingin menghadirkan dan mengenalkan komoditas pertanian unggulan Jember yang mempunyai nilai pasar sangat tinggi, yaitu Edamame. Besar harapan melalui tulisan ini, edamame Jember bisa mendapat perhatian dari penyedia modal agar pemasaran lebih global (ekspor).

Mari Mengenal Edamame

Edamame merupakan tanaman sejenis kacang-kacangan seperti kedelai. Berbagai varietas edamame yang pernah dikembangkan di Indonesia antara lain Ocunami, Tsuronoko, Tsurumidori, Taiso dan Ryokkoh. Warna bunga varietas Ryokkoh adalah putih, sedangkan varietas yang lainnya ungu. Edamame merupakan tanaman potensial yang perlu dikembangkan karena memiliki rata-rata produksi 3,5 ton ha lebih tinggi daripada produksi tanaman kedelai biasa yang memiliki rata-rata produksi 1,7-3,2 ton ha.


Potensi Edamame Jember Menembus Pasar Ekspor


Edamame memiliki peluang besar ekspor yang luas. Sebagai contoh, Permintaan ekspor dari Negara jepang sebesar 100.000 ton per tahun dan Amerika sebesar 7.000 ton per tahun. Sementara itu Indonesia baru dapat memenuhi 3% dari kebutuhan pasar Jepang, sedangkan 97% lainnya dipenuhi oleh Cina dan Taiwan. Meskipun baru bisa memenuhi nilai ekspor sebesar 3%, setidak warga Jember harus bangga, karena produsen edamame di Indonesia terpusat di Jember. Kabupaten Jember menjadi salah satu kota penghasil edamame dengan produk yang berkualitas. Menurut Dinas perindustrian, perdagangan dan energi sumber daya mineral kabupaten Jember pada tahun 2018 nilai ekspor edamame mencapai 5400,54 ton.


Kembali ke perihal permintaan yang besar dari pasar ekspor dari negara maju, menunjukkan bahwa edamame merupakan komoditas pertanian yang sangat potensial. Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo melepas ekspor edamame hasil produksi PT Mitra Tani Dua Tujuh Jember senilai $ 185.200 dollar atau sekitar 2,6 miliar. Ekspor ini merupakan ekspor lanjutan dengan negara tujuan Jepang dan 12 Negara-negara lain di Asia. Menurut Menteri Syahrul, edamame Indonesia berpotensi menembus pasar dunia yang luas dan terbuka. Menurutnya itu karena permintaan edamame di pasar internasional terbilang tinggi.


Kemudian, kita perlu tahu bahwa di Jember pemasok Edamame hanya ada 2 perusahaan. Yaitu PT. Mitratani Dua Tujuh dan PT. Gading Mas Indonesia Teguh (GMIT). Kita perlu ber terimakasih kepada dua perusahaan tersebut. Sebab, perusahaan tersebut dalam proses produksi edamame telah membina banyak petani di Jember. Dan yang paling penting, dalam produksi edamame dari hulu sampai ke hilir sangatlah ramah lingkungan.

Profil PT. Mitratani Dua Tujuh dan PT. GMIT


PT. Mitratani Dua Tujuh merupakan salah satu anak perusahaan PTPN X yang bergerak di bidang industri sayuran beku. Dalam aktivitas utamanya memproduksi edamame. PT. Mitratani Dua Tujuh diresmikan oleh Menteri Keuangan bersama Menteri Pertanian serta disaksikan oleh Menteri Koperasi dan PPK pada tanggal 26 Nopember 1994 di Semarang. Berdasarkan anggaran dasar perusahaan, ruang lingkup kegiatan perusahaan bergerak dalam bidang agroindustri dan perdagangan dengan komoditi utama yaitu Edamame. Pabrik dan kantor perusahaan berlokasi di Jalan Brawijaya No.83, Kelurahan/ Desa Mangli, Kecamatan Kaliwates, Kabupaten Jember, Jawa Timur-Indonesia.  Kepemilikan saham dikelola oleh dua instansi. Yaitu PT. Perkebunan Nusantara X dan PT. Kelola Mina Laut.       


Kemudian, produsen edamame kedua di Jember yaitu PT. GMIT.  Perusahaan ini sama dengan PT. Mitra Tani Dua Tujuh, yaitu memproduksi edamame. Perusahaan ini bekerja sama dan mendampingi para petani dalam proses penanaman dan pemanenan edamame untuk menjaga kualitas edamame yang dihasilkan. Mulai tahun 2015, PT. GMIT membeli edamame dari para petani binaan dan menjualnya ke pasar domestik. Pada saat ini PT. GMIT sudah mulai menjajaki edamame beku untuk ekspor ke Jepang. 


Kantor PT. Gading Mas Indonesia Teguh terletak di Jl. Gajah Mada No.254, Kaliwates. Terdapat gudang produksi yang beroperasi untuk produksi edamame segar berada di Jl. MT Haryono No. 138-140, Wirolegi, Kabupaten Jember dan gudang produksi edamame dalam bentuk beku (frozen) di Sumuran, Klompangan, Ajung, Kabupaten Jember.

‘Memasyarakatkan’ Edamame dan Berikan Pembinaan Bagi Ultra Mikro


Upaya memasyarakatkan edamame di Jember masih sangat minim. Ultra mikro edamame di Jember tidak ada yang menonol karena para pelaku (petani) tidak punya modal yang besar. Menurut hemat penulis, diperlukan stakeholder yang mampu memberikan modal agar perekonomian di Jember bisa maju, dan lapangan pekerjaan bisa terbuka seluas-luasnya. Menurut hemat penulis, perlu adanya sentuhan Pusat Investasi Pemerintah (PIP) Ultra Mikro (UMi) dalam menumbuh kembangkan ultra mikro edamame.


Jangka panjang dari pemberian modal petani edamame ini oleh stakeholder PIP UMi, dengan demikian, ada dua keuntungan yang akan diperoleh, yaitu pertama, laju pengangguran masyarakat Jember bisa ditekan dengan maksimal. Kemudian yang kedua, hadirnya banyaknya ultra mikro edamame masyarakat Jember bisa menambah ketersediaan permintaan ekspor yang sangat tinggi dari negara maju. Rule yang bisa dipakai yaitu ultra mikro dihimpun oleh pemkab Jember dan bekerjasama dengan stakeholder seperti PIP UMi untuk mendorong munculnya produk inovatif berbahan dasar edamame segar.

Inovasi Produk Edamame Sebagai Nilai Tambah


Seiring perkembangan zaman dan teknologi, edamame juga mengalami perkembangan produk inovatif. Jika dulu edamame hanya sekedar dikonsumsi dengan cara direbus dan untuk kebutuhan ekspor berupa edamame beku, maka saat ini edamame bisa dikembangkan menjadi banyak produk inovatif yang tentu bisa bersaing dengan komoditas lain.


PT. Mitratani dan PT. GMIT saat ini punya outlet/koperasi produk edamame inovasi yang ada di lingkungan perusahaan. Produk tersebut menggunakan bahan dasar edamame. Beberapa produk inovasi berbahan dasar edamame diantara lain yaitu: edamame krispi, jusme (jus edamame), Pia edamame (kue), Bolu kering edamame, pastel edamame, ulat sutra edamame, dan masih banyak lagi. Saat ini outlet yang dikelola oleh Mitratani Dua Tujuh sering ramai pengunjung luar kota, lebih-lebih mahasiswa yang mau pulang kampung. Para pengunjung biasanya memilih produk olahan edamame sebagai oleh-oleh bagi keluarga di kampung. Produk inovasi berbahan dasar edamame sangatlah murah. Seperti Jusme (jus ekstrak edamame) dibanderol dengan harga Rp. 6.000 per botol. Kemudian edamame krispi dibanderol dengan harga Rp. 22.000 per 120 gram.


Selain diolah menjadi bahan pangan, nilai plus dari edamame bisa diolah menjadi kompos unggulan. Tentu yang diolah menjadi kompos adalah kulit edamame atau edamame yang rusak/busuk saat masuk proses produksi. Di PT. GMIT, kompos diolah di tempat khusus yang memang difokuskan untuk mengolah kompos. Hasil produksi kompos kemudian dialokasikan kepada petani binaan yang membudidayakan edamame.


Potensi produk edamame seperti yang disampaikan sebelumnya sangatlah perlu mendapat perhatian dari stakeholder PIP UMi selaku pemberi modal. Penulis membayangkan di Jember banyak sekali petani yang membudidayakan edamame di lahan mereka. setelah dipanen, banyak sekali produk yang dikembangkan—tidak hanya dikonsumsi rebus. Produk-produk tersebut akan diperjual belikan melalui gerai sederhana maupun melalui media sosial. Sehingga dengan demikian Jember akan dikenal sebagai kota dengan sebutan ‘seribu inovasi’. Permintaan ekspor dari negara luar perihal edamame yang sebelumnya hanya berfokus terhadap edamame beku, bisa jadi akan merambat ke produk inovasi yang sangat beragam.


Adanya produk edamame potensial pasar global ini pada akhirnya, petani tidak akan khawatir terhadap tidak pastinya harga tembakau yang kadang membuat petani merugi jutaan Rupiah. Apalagi, masa tanam edamame sangatlah singkat, hanya butuh sekitar 65 hari. Dengan masa panen yang singkat ini, petani Jember akan bisa menanam edamame setidaknya 3-4 kali dalam setahun. Sehingga demikian, petani, pelaku ultra mikro produk inovasi, atau bahkan karyawan produksi edamame akan selalu mendapat keuntungan berkali-kali lipat. 

negara rofiq

Platform ini hanya untuk senang-senang. Tulisan bermacam-macam, yang pasti semuanya tentang kebebasan bereksperesi

1 Komentar

Lebih baru Lebih lama