Almanak di Almari Bapak

Sampaikan senyummu atas nama tuhanmu.
Manakala setiap kedip mata hanya teringat kekufuran.
Perjalanan itu, bagiku, juga mungkin bagimu: ingin tak cepat sampai.
Jalan pendakianpun tak mungkin dituju sendiri.

Almanak di almari bapak sudah lama tak dibuka
Siapapun tak berani menyentuhnya—katanya: waktu itu abadi
Tak perlu melihatnya lagi.

Manuskrip yang ditulis bapak waktu itu: adalah rasa syukur
tapi bagai biduk kecil di tempa dengan kerasnya ombak pasang.
bertahan perlahan, mati adalah impian tak perlu menunggu sepinya hari tua.
 
Perjalanan antara fana kepada yang baqa' adalah keniscayaan.
Di sudut sana, kesedihan hinggap bertubi.
"Adakah yang bisa melepaskan dengan riang gembira?" tanya Bapak.
Sunyi, baga' benar-benar sulit ditemui.


negara rofiq

Platform ini hanya untuk senang-senang. Tulisan bermacam-macam, yang pasti semuanya tentang kebebasan bereksperesi

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama