Republika.co.id |
Dari
kisah tersebut, sepintas memang ekstrem,
tapi setidaknya kita dapat mengambil pelajaran bahwa guru adalah orang tua
kedua dan sepatutnya diberi kebebasan dalam mendidik para siswanya. Dalam dunia
pondok pesantren, hakikat pendidikan adalah mencari keberkahan dari sang guru.
Lalu bagaimana dengan pemandangan pendidikan masa kini? Ketidaksopanan siswa
terhadap guru yang akhir-akhir ini viral di berbagai media, merupakan tamparan
keras tentang potret krisis moralitas pendidikan masa kini, sehingga perlu rasanya ada perbaikan mengenai sistem
tata kelola pendidikan agar siswa menghormati guru selayaknya menghormati kedua
orang tua.
Krisis
moralitas yang melanda di dunia pendidikan, acap kali dipandang sebelah mata.
Disadari atau tidak, hal ini akan berdampak buruk terhadap kehidupan yang akan
datang. Semisal siswa yang tidak sopan semasa sekolah dan selalu menolak apa
yang diinstruksikan oleh sang guru, maka suatu saat ketika dia bekerja disuatu
perusahaan, maka Ia akan menjadi karyawan yang pemberontak terhadap pimpinan
perusahaan dan akan merugikan perusahaan itu sendiri.
Salah kaprah pendidikan masa kini adalah
ketika memandang kecerdasan dan nilai tinggi adalah tolak ikur dari
keberhasilan pendidikan, ini berbanding terbalik dengan prinsip yang ada di
pondok pesantren. Secara garis besar, pondok pesantren lebih memprioritaskan
keberkahan yang diperoleh dari sang guru daripada kecerdasan intelektual yang
tinggi. Di sisi lain, untuk mendapatkan keberkahan tersebut, maka santri harus
mempunyai sifat sopan santun terhadap guru. Sehingga dalam hal ini, sangat
jarang ada kasus atau realita santri melakukan kekerasan terhadap guru, karena
prinsip yang berlaku di pondok pesantren adalah memporsikan kesopanan lebih
tinggi nilainya daripada kecerdasan.
Prof. Mahfud MD pernah mengatakan bahwa
orang tua, masyarakat, tokoh masyarakat dan pondok pesantren mempunyai tugas
sentral dalam membangun mentalitas pendidikan dan penguaatan akhlak budi
pekerti sejak dini kepada anak-anak. Pernyataan Prof. Mahfud MD ini harus
dijadikan refleksi tentang pentingnya pendidikan karakter.
Entah kapan ketidaksopanan siswa
terhadap guru akan berlanjut. Tapi setidaknya kita harus bersyukur atas sistem
pendidikan yang ada di pondok pesantren yang tetap konsisten mempertahankan
nilai-nilai karakter di era globalisasi sekarang. Kemerosotan moralitas yang
ditandai dengan beberapa kejadian yang memalukan akhir-akhir ini seperti
kekerasan terhadap guru di Sampang dan
ketidaksopanan siswa di salahsatu sekolaah di Gresik, hendaknya dijadikan
evaluasi agar peristiwa-peristiwa memalukan tidak terjadi lagi.
Sekedar rekomendasi kepada pihak
pemerintahan, dirasa sistem pendidikan di pondok pesantren sangat bagus untuk
membangun karakter yang jernih. Sehingga sangat bagus untuk diadopsi oleh
lembaga pendidikan yang lain, baik nonformal, formal, maupun informal.
Yakinlah, para alumninya nanti tidak kalah bersaing dengan lulusan sekolah luar
negeri sekalipun. Juga yakinlah mereka akan menjadi masyarakat yang militan dan
siap membawa perubahan untuk negeri Indonesia ini.
*Is'adur Rofiq, Mahasiswa Teknologi
Pertanian Universitas Jember
Dan Alumni Pondok
Pesantren Annuqayah dan Al-Jalaly Sumenep Jawa Timur
Tags:
opini
Makasih gan infonya,.
BalasHapushttp://bit.ly/2FPvxkq