Judul Buku : Ekologi
Marx, Materialisme dan Alam
Penulis :
John Bellamy Foster
Penerjemah : Pius Ginting
Penerbit :
Walhi
Cetakan : 2013
Tebal Buku : 296
Halaman
ISBN :
978-602-18675-1-8
Karl Marx (1818-1883) merupakan salah
satu tokoh filsafat barat modern yang berpengaruh, pemikirannya digunakan
sebagai ideologi dibeberapa Negara. Namun selama bertahun-tahun, Marxisme
selalu mendapat tuduhan sebagai ideologi antroposentris yang tidak peduli
terhadap perlindungan lingkungan hidup.
Beberapa kalangan menganggap bahwa Marx
adalah seorang promothean yang mengagung-agungkan kemampuan manusia untuk
mendominasi dan menundukkan alam. Tetapi melalui buku ini, Foster membalikkan
tuduhan itu.
Foster menyatakan, gagasan Marx tentang
perlindungan alam atau tentang pemanfaatan alam secara bekelanjutan adalah
konsekuensi atas meterialismenya Marx itu sendiri.
Pandangan inilah Marx beranjak dari
pembahasan mengenai apakah manusia dan alam adalah satu kesatuan atau tidak, ke
arah penemuan tentang penyebab terjadinya keterasingan dan keterpisahan alam
dan manusia. Marx mengatakan, “Semua makhluk hidup telah dijadikan barang
milik, ikan di air, burung di udara, tumbuhan di bumi, semua itu harus hidup
bebas.” (hal 61)
Pengertian Marx tentang keterasingan
alam, dia lihat timbul dari kehidupan praktis manusia, tidak lebih abstrak
dalam intinya ketimbang keterasingan kerja. Keduanya didasarkan pada pemahaman
akan dorongan ekonomi politik masyarakat kapitalis. Keterasingan kerja adalah
adalah cerminan kenyataan bahwa tenaga kerja telah dikerdilkan secara
besar-besaran kedalam status komoditi.
Ekologi dan dominasi atas bumi itu
sendiri bagi Marx, bermakna kompleks dan dialektis. Pertama, dominasi bumi oleh
mereka yang memonopoli tanah. Sehingga dengan ini mereka akan menguasai alam
secara mendasar dan mengakar. Kedua, dominasi bumi dan benda mati. Definisi ini
merepresentasikan kekuatan tuan tanah dan kapitalis.
Kendati terdapat sejarah panjang menyudutkan
Marx kurang perhatian terhadap ekologi, kini kian gamblang setelah beberapa dekade,
pandangan ini sama sekali tak sesuai dengan bukti-bukti yang ada.
Seperti diamati ahli Geografi Italia,
Massimo Quaini, “Marx mengecam perampasan alam sebelum nurani borjuis tumbuh.”
(Hal 9). Sejak awal, konsep Marx tentang ekologi dan keterasingan manusia
dengan “kerja” berkaitan dengan pemahaman manusia yang stagnan terhadap
pemanfaatan alam itu sendiri.
Bagi Foster, ada ketidaknyamanan
luarbiasa antara Marxisme dan sains alam, dan disesalkan akan tumbuh dan
masuknya musuh-musuh materialisme. Sepanjang hidupnya, Marx tak henti-hentinya
mengikuti perkembangan sains tersebut.
Pandangan keliru saat ini adalah
manyatakan bahwa Marx sekedar obsesi. Namun Marx dapat membuktikan itu semua
dengan kenyataan bahwa kian jelas kehidupan saat ini bahwa perkembangan sains
dan teknologi justru mengasingkan manusia dengan alam, sebut saja revolusi
industri 4.0.
Investigasi buku ini memperoleh
signifikansi dalam usaha menafsir ulang karya Marx. Penjelasan yang diberikan
buku ini terhadap beberapa anomali dalam perkembangan intelektual Marx yang
sampai saat ini belum jelas.
Argumen dalam buku ini berdasar pada
premis sangat sederhana: untuk memahami asal muasal ekologi, keterasingan manusia
dengan alam dari aspek alamiah, hingga perlunya memahami perkembangan sains
dari abad ketujuhbelas sampai sekarang.