*Tulisan ini sebenarnya pernah tayang di website persmanifest.com. cuma karena website tersebut masih dalam tahap perbaikan, jadi saya tayangkan di blog ini.
Thales (6 SM) pemikir Yunani pernah mengungapkan, bahwa asal mula alam semesta adalah Air, karena air adalah pusat dan sumber dari segala kehidupan. Segala sesuatu bersumber dari air dan kembali lagi menjadi air. Mengutip pernyataan Thales tersebut, cukup unik jika kita urai secara komprehensif berdasarkan kebermanfaatannya, masalah, dan sisi lainnya.
Hai! Namaku Kehidupan
Kembali pada pendapatnya Thales, air adalah sumber kehidupan, bagi manusia, hewan, maupun tumbuhan. Lantas, bagaimana jika stok air di alam semesta ini mendadak habis? Saya rasa kehidupan akan bermasalah serius. Kesehatan terganggu, beberapa hewan akan mati, pun petani akan selalu gagal penen. Pertanyaannya, cukupkah persediaan air di alam semesta ini? Khususnya Indonesia?
Indonesia sangat beruntung mengandung banyak air. Indonesia adalah Negara Maritim, karena terdiri dari banyak kepulauan yang dilingkungi oleh laut-laut, dan diapit oleh dua lautan yang sangat luas adalah Lautan Pasifik dan lautan Indonesia (Hindia). Lebih lanjut, Penyediaan air bersih di Indonesia dijamin dalam Pasal 33 UUD 1945 ayat (3) yang berbunyi “Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat”.
Tapi, akhir-akhir ini kita dicemaskan oleh fenomena kemarau panjang di beberapa daerah. Di Madura misalnya, dalam rentan waktu Februari-Desember 2019 tidak turun hujan. Itu artinya hampir satu tahun para petani di Madura dicemaskan dengan penghasilan pertanian yang sedikit. Untung sebagian masyarakat Madura masih bisa mencari mata pencarian lain selain pertanian, menjadi nelayan misalnya yang menjadi profesi baru.
Menilik survey dari Sutopo Purwo Nugroho, Kepala Pusat Data, Informasi, dan Hubungan Masyarakat BNPB, mengatakan pada 2025 mendatang jumlah kabupaten defisit air akan meningkat hingga sekitar 7,84 %. Dari wilayah yang mengalami defisit tersebut, terdapat 38 kabupaten/kota atau sekitar 35% telah mengalami defisit tinggi. Sangat miris jika berpikir panjang dampak dari krisis air pada tahun 2025 nanti, mulai kelaparan, gagal panen, bahkan angka kematian juga mungkin akan banyak, atau konflik sosial perlu ada kajian empiris dan perlu ada pencegahan sejak dini akan hal ini.
Hai! Namaku Bencana
Terlepas dari sumber kehidupan, air selalu
dikambing hitamkan oleh beberapa masyarakat daerah sebagai sumber bencana,
salahsatunya adalah warga Jakarta. Tentu fenomena banjir yang selalu hadir
ketika hujan tiba selalu menjadi momok menakutkan. Bencana banjir ini tidak
hanya berdampak negative terhadap satu sektor saja. Ekonomi, pendidikan,
kesehatan, dan masih banyak lagi sektor yang selalu dirugikan ketika banjir
datang.
Masih ingat dengan rencana
pemindahan Ibukota baru ke Kalimantan? Salahsatu hal yang sangat
dipertimbangkan adalah mengenai banjir. Sekolah diliburkan, perputaran roda
ekonomi yang macet, atau kesehatan masyarakat yang menurun karena keterbatasan
air minum yang tersedia, dan seabrek masalah lainnya akibat banjir, sehingga
Presiden sangat ambisi untuk segera memindahkan Ibukota Indonesia ini. Semoga
langkah awal dari presiden ini dapat sesuai dengan ekspektasi masyarakat akan
bencana rutin ini.
Lebih jauh, kalau kita analisis sederhana, apakah sukses pemindahan ibukota ini? Hal yang paling perlu dipertimbangkan adalah mengenai Rencana Tata Ruang dan Wilayah (RTRW). Bagaimanapun status saat ini, kondisi Kalimantan yang merupakan wilayah yang kaya akan sumber daya alam, perlu diperjelas dan dipertegas fungsi dan pokoknya. Kita tau bersama, dalam mengesahkan RTRW ini, sangat sensitive. Apalagi berpotensi banyak oligargi yang terlibat. Jangan sampai ibukota yang direncanakan akan hijau, bersih, jauh dari bencana, malah nanti sebaliknya, atau lebih parah daripada Jakarta.
Hai! Namaku Kasih Sayang
Berbagai upaya dilakukan pemerintah
dalam orientasi air masa depan. Salahsatunya gerakan Save Water. Melalui kegiatan ini, diharapkan kesadaran dari semua
pihak agar lebih menghemat air dan upaya konservasi air. Pemerintah menargetkan
penghematan air ini mencapai 10% setiap penggunaan. Kesadaran akan hemat air
memang belum dimiliki setiap individu. Tapi setidaknya ada himbauan dari
pemerintah, merupakan cerminan agar prediksi puncak krisis air pada tahun 2025
seperti yang disampaikan Sutopo, ada upaya memberantasnya. Setidaknya untuk
adik atau anak kita bisa menikmati air bersih 2025 nanti.
Terakhir dari saya, menyambut hari
Air sedunia hari ini, 22 Maret 2020. Sayangilah makhluk hidup di alam semesta
ini, dengan menghemat air. Tentu kita tidak rela, adik atau anak kita kelak
luntang-lanting mencari sumber kehidupan. Apalah arti kemajuan teknologi yang
pesat, jika makan dan minum saja nanti sangat susah.
#SelamatHariAirDunia.
Selalu menginspirasi broo 👍🏻
BalasHapusThanks ya. Kuy semangat terus berkarya.😊
HapusMantap selalu cak rofiq
BalasHapusYoi cak. salam seblak level 25
Hapus